MEREBAKNYA
SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA
Tidak
dapat dipungkiri bahwa bergaul selain dapat menambah teman, juga dapat berbagi
informasi bahkan dapat menghilangkan rasa penat serta bosan di kala waktu
senggang. Namun pergaulan yang melebihi tata aturan atau norma dan intensitas
bertemu antara pihak – pihak yang bergaul serta beelainan jenis (dalam hal ini
berlainan jenis kelamin). Pada saat ini kemajuan teknologi juga memiliki dampak
positif dan negatif. Namun ironisnya justru remaja khususnya kota – kota besar
di Indonesia lebih terkena dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif dari
kemajuan teknologi adalah mudahnya mengakses situs – situs terlarang (yang
mengandung unsur pornografi). Hal tersebut seakan menjadi dasar maraknya seks
bebas di kalangan remaja Indonesia.
Seperti
yang dikutip dari situs http://kepri.bkkbn.go.id
bahwa sebagian remaja putri di kota – kota besar Indonesia telah kehilangan
keperawanan, bahkan yang paling mencengangkan bahwa mereka melakukan hubungan
seks pra nikah pada rentang usia 18 – 23 tahun. Data yang dikumpulkan oleh
BKKBN pada tahun 2010 bahwa remaja putri di kota Surabaya sebanyak 54% telah
hilang keperawanannya, Bandung 47%, Medan 52% , dan Jakarta yang melebihi angka
60%. Hal tersebut memang masih diragukan validitasnya karena hanya dilakukan
wawancara secara eksklusif, tidak melalui tes medis lebih lanjut. Namun
bagaimanapun juga hal tersebut merupakan sebuah ancaman di negara yang
menjunjung tinggi nilai keagamaan.
Seks
bebas di kalangan remaja ternyata menjadi sebuah parameter seberapa ‘gaul’
remaja tersebut ataupun seberapa sayang kepada sang kekasih, namun pada
dasarnya hubungan seksual memiliki nilai esensial yang harus dimengerti.
Hubungan seksual tidak hanya dilakukakan semata – mata untuk memuaskan hasrat
sesaat, akan tetapi jika dilakukan secara halal melalui jalur pernikahan hal
tersebut adalah sebuah ibadah dan berkah. Pendidikan agama dan pendidikan seks
bisa menjadi solusi menghilangkan atau setidaknya meminimalisir terjadinya seks
bebas. Terkadang pendidikan seks bebas menjadi sesuatu yang dianggap tabu bagi
para wali murid di sekolah. Namun pada dasarnya pendidikan seks justru
mengajarkan tentang batasan pergaulan terhadap lawan jenis, organ – organ reproduksi
yang harus dijaga, dan bagaimana cara menjaga kesehatan pada organ reproduksi.
Hal tersebut bisa disosialisasikan melalui pendidikan seks namun harus
dipastikan bahwa para pengajar memberikan materi sesuai topic dan tidak
berlebihan.
Muara
dari masalah maraknya seks bebas adalah penyakit HIV/AIDS terlebih jika para
pelakunya mengonsumsi narkoba. Keinginan untuk terus diakui eksistensinya
adalah hal yang mendorong para remaja melakukan hal – hal ‘gila’ dan cenderung
negatif. Pastinya tidak semua remaja melakukan hal tersebut akan tetapi
pendidikan moral yang justru dibangun dari lingkungan keluarga adalah
pendidikan paling efektif untuk menghindarkan remaja dari perilaku menyimpang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar