Kamis, 27 November 2014

Artikel Bebas

MEREBAKNYA SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA

Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul selain dapat menambah teman, juga dapat berbagi informasi bahkan dapat menghilangkan rasa penat serta bosan di kala waktu senggang. Namun pergaulan yang melebihi tata aturan atau norma dan intensitas bertemu antara pihak – pihak yang bergaul serta beelainan jenis (dalam hal ini berlainan jenis kelamin). Pada saat ini kemajuan teknologi juga memiliki dampak positif dan negatif. Namun ironisnya justru remaja khususnya kota – kota besar di Indonesia lebih terkena dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah mudahnya mengakses situs – situs terlarang (yang mengandung unsur pornografi). Hal tersebut seakan menjadi dasar maraknya seks bebas di kalangan remaja Indonesia.
Seperti yang dikutip dari situs http://kepri.bkkbn.go.id bahwa sebagian remaja putri di kota – kota besar Indonesia telah kehilangan keperawanan, bahkan yang paling mencengangkan bahwa mereka melakukan hubungan seks pra nikah pada rentang usia 18 – 23 tahun. Data yang dikumpulkan oleh BKKBN pada tahun 2010 bahwa remaja putri di kota Surabaya sebanyak 54% telah hilang keperawanannya, Bandung 47%, Medan 52% , dan Jakarta yang melebihi angka 60%. Hal tersebut memang masih diragukan validitasnya karena hanya dilakukan wawancara secara eksklusif, tidak melalui tes medis lebih lanjut. Namun bagaimanapun juga hal tersebut merupakan sebuah ancaman di negara yang menjunjung tinggi nilai keagamaan.
Seks bebas di kalangan remaja ternyata menjadi sebuah parameter seberapa ‘gaul’ remaja tersebut ataupun seberapa sayang kepada sang kekasih, namun pada dasarnya hubungan seksual memiliki nilai esensial yang harus dimengerti. Hubungan seksual tidak hanya dilakukakan semata – mata untuk memuaskan hasrat sesaat, akan tetapi jika dilakukan secara halal melalui jalur pernikahan hal tersebut adalah sebuah ibadah dan berkah. Pendidikan agama dan pendidikan seks bisa menjadi solusi menghilangkan atau setidaknya meminimalisir terjadinya seks bebas. Terkadang pendidikan seks bebas menjadi sesuatu yang dianggap tabu bagi para wali murid di sekolah. Namun pada dasarnya pendidikan seks justru mengajarkan tentang batasan pergaulan terhadap lawan jenis, organ – organ reproduksi yang harus dijaga, dan bagaimana cara menjaga kesehatan pada organ reproduksi. Hal tersebut bisa disosialisasikan melalui pendidikan seks namun harus dipastikan bahwa para pengajar memberikan materi sesuai topic dan tidak berlebihan.
Muara dari masalah maraknya seks bebas adalah penyakit HIV/AIDS terlebih jika para pelakunya mengonsumsi narkoba. Keinginan untuk terus diakui eksistensinya adalah hal yang mendorong para remaja melakukan hal – hal ‘gila’ dan cenderung negatif. Pastinya tidak semua remaja melakukan hal tersebut akan tetapi pendidikan moral yang justru dibangun dari lingkungan keluarga adalah pendidikan paling efektif untuk menghindarkan remaja dari perilaku menyimpang.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar