MUSIM
HUJAN TIBA, DEPOK BERSIAGA
Memasuki
bulan November hingga Maret tahun depan, Indonesia memang akan mengalami
perubahan musim dari musim panas menuju musim hujan. Hal tersebut terjadi
mengingat Indonesia memang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim
panas, tidak seperti beberapa negara Eropa serta beberapa negara di benua
Amerika yang memiliki 4 musim. Namun dengan hanya memiliki 2 musim seharusnya
Indonesia lebih tanggap menghadapi pergantian musim yang cenderung ekstrim. Cuaca
ekstrim yang terjadi belakangan ini sedikit banyak mengganggu aktivitas
masyarakat Indonesia karena alam tidak dapat diprediksikan dengan tepat.
Sebagai
mahasiswa dari salah satu universitas swasta yang terletak di wilayah Depok,
Gundarma, saya juga turut prihatin dengan beberapa bencana yang terjadi di
sekitar kota Depok. Dibanding wilayah Jakarta, Depok merupakan dataran yang
lebih tinggi sehingga memungkinkan air aliran dari hujan akan turun ke Jakarta.
Akan tetapi faktanya Depok juga mengalami bencana banjir pada beberapa wilayah
seperti kecamatan Cimanggis, Sawangan, dan Beji. Alasan dari banjir tersebut
mungkin tidak jauh berbeda dengan banjir – banjir yang terjadi pada berbagai
wilayah, yaitu buruknya sistem drainase air. Hal tersebut memungkinkan air tidak
dapat mengalir dengan baik karena pada dasarnya air akan mencari tempat ayang
lebih rendah untuk mengalir dan akan bermuara pada laut. Selain alasan tersebut,
banjir di Depok memiliki beberapa alasan lain seperti jebolnya tanggul pada
beberapa anak sungai yang melintasi kawasan Depok. Saya pun sempat menyambangi
salah satu kos – kosan milik seorang teman yang teletak di kawasan Beji dan
pada saat itu banjir sedang terjadi. Walaupun banjir tersebut tidak terjadi secara
merata di wilayah Beji, akan tetapi hal tersebut harus menjadi bahan evaluasi
pemkot Depok mengenai sistem drainase yang harus segera diperbaiki.
Selain
bencana banjir, masih ada bencana seperti puting beliung dan tanah longsor yang
terjadi di wilayah Depok. Memasuki musim hujan seperti saat ini Komandan Distrik
Militer (Dandim) 0508, Letnan Kolonel Infanteri Santosa mengatakan bahwa
pihaknya telah berkoordinasi dengan Muspida Depok dan mentapkan Depok siaga
bencana. Ia mengatakan bahwa semua pihak yang terkait sepakat akan membentuk
Satgas banjir yang berjumlah sebanyak 600 orang untuk kota Depok seperti yang
dikutip dari situs Kompas. Selain
Satgas banjir, pemkot Depok juga telah menyiapkan 20 perahu karet milik TNI,
Polri, Dinkes, dan Bimasda.
Melalui
persiapan yang telah dilakukan pemkot Depok, hal tersebut dapat menanggulangi
beberapa bencana yang terjadi di sekitar wilayah tersebut. Akan tetapi pada
dasarnya alam akan selalu memberikan manfaat kepada manusia, namun jika ia
tidak dijaga maka ia akan memberikan bencana kepada manusia. Jadi bukan
seberapa besar kita mengerahkan tenaga untuk menanggulangi bencana, akan tetapi
seberapa besar peranan kita menjaga alam tersebut.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar