Minggu, 29 Juni 2014

RESENSI NOVEL       : DI ATAS SAJADAH CINTA




Nama buku        :  Di Atas Sajadah Cinta
Pengarang         :  Habiburrahman El Shirazy
Penerbit             :  Republika , Pesantren Basmala, MD Entertainment
Tahun terbit      :  2006
Tebal                 :  20,5 cm x 13,5 cm atau 265 halaman

           

Sebelum membahas bagaimana isi cerita novel, terlebih dahulu kita akan membahas penulis novel tersebut. Ialah Habiburrahman El Shirazy atau yg mempunyai nama pena ‘Kang Abik’ adalah seorang novelis yg  lahir di Semarang 30 September 1976. Beliau yang merupakan sarjana dari Universitas Al – Azhar ini tidak hanya terkenal sebagai penulis novel (novelis), namun ia juga terkenal sebagai sutradara, dai, dan penair. Ia pun dikenal ‘bertangan dingin’ dalam membuat suatu karya (khususnya novel) yang bertemakan cinta di dalam keagamaan. Tidak hanya cinta terhadap sesama insan manusia, namun juga cinta terhadap Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Beberapa karya beliau yang sangat sukses di dunia seni adalah Ayat-Ayat Cinta, Di Atas Sajadah Cinta, dan Ketika Cinta Bertasbih. Semua judul tersebut tersedia dalam novel, film, dan film pendek (serial TV). Selain itu Kang Abik masih memiliki karya – karya lain yang berbentuk syair Islami.  
 
         Pada Mei 2006 Kang Abik meluncurkan Buku yg berjudul ‘Di Atas Sajadah Cinta’ .Buku Di Atas Sajadah Cinta adalah antologi  atau himpunan cerpen dan kisah cinta yang mana memuat 38 cerita  seperti teladan Islami yang terinspirasi dari kisah-kisah nyata Rasulullah saw dan kisah nyata sahabat-sahabat Habiburrahman El Shirazy sendiri.

Dalam buku ini Kang Abik menampilkan berbagai macam cerita teladan Islami yang bernapaskan Islam. Ceritanya bervariasi yang menampilkan tema yang cenderung mengangkat ruang- cinta ikhlas atas ridha Allah, sesuai dengan konsep dan prinsip Islam.

Seperti kisah dalam cerpen yang berjudul Di Atas Sajadah Cinta, yang diangkat sebagai judul & pembuka buka ini. Mengisahkan tentang pemuda bernama Zahid yang sehari – hari selalu di dalam masjid dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan ukhuwah Islamiyah yang dimilikinya dan putri bernama Afirah anak dari seorang pemilik kebun anggur yang sangat kaya raya. Zahid terkenal dengan kesholehan dan ketaatannya kepada Allah SWT bahkan cerita tentang Zahid sudah terdengar seantero kota Kuffah, sedangkan perilaku Afirah sebagai anak dari pemilik kebun yang kaya raya seakan berbanding terbalik dengan Zahid karena ia hidup dengan gaya glamor dan dipayungi oleh kemewahan.

Singkat cerita Zahid dan Afirah dipertemukan oleh Allah di sekitar kebun anggur milik orang tua dari Afirah. Pada saat itu kuda yang ditunggangi oleh Afirah tidak terkendali sehingga meminta bantuan kepada seseorang untuk menghentikan kuda tersebut. Di saat yang bersamaan pula Zahid berada di kebun itu dan ia berhasil menaklukan kuda tersebut atas izin Allah SWT. Disana mereka saling bertatapan sekejap sebelum akhirnya Afirah memberikan sapu tangan berwarna hijau kepada Zahid sebagai bentuk terima kasih karna ia telah ditolong oleh Zahid. Setelah kejadian itu, baik Zahid selalu teringat wajah Afirah yang memesona, hal yang sama juga terjadi pada Afirah yang selalu mengingat wajah Zahid sesaat mereka bertatapan sejenak.

Setelah melewati momen – momen sulit dan diringi dengan doa kepada Allah SWT, Zahid akhirnya memantapkan langkahnya untuk meminang sang pujaan hati yaitu Afirah. Tetapi sesaat ia bertemu dengan ayah Afirah, Zahid mendapati kenyataan bahwa Afirah telah dijodohkan dengan anak dari teman ayahnya tersebut yang bernama Yasir. Yasir memang terkenal sangat kaya raya dan sangat terhormat, akan tetapi perilakunya yang sering mempermainkan wanita juga telah terkenal ke seluruh kota. Afirah yang mendengar ucapan tersebut dari ayahnya pun sontak terkejut dan sulit untuk mengatakan sesuatu.

Namun semua tidak berakhir disana, Afirah pun sering mengirimkan surat kepada Zahid lewat jasa seseorang yang telah ia percaya. Zahid pun akhirnya membalas surat itu dan mengirim sebuah sajadah kepada Afirah untuk mengingatkan kepadanya bahwa segala sesuatu dapat terjadi hanya dengan izin Allah SWT. Sejak saat itu perilaku Afirah berubah drastis, ia mulai rajin sholat wajib, mengerjakan sholat – sholat sunnah, dan ia juga tidak lupa untuk puasa. Afirah pun mulai meninggalkan hidup glamor dan mengingat bahwa Allah SWT di atas cinta dan di atas segalanya.

Pada akhirnya ayah dari Afirah pun mulai menyadari bahwa Yasir bukanlah laki – laki yang terbaik untuk anak semata wayangnya yaitu Afirah. Ia pun memutuskan untuk mengakhiri pertunangan antara Yasir dan Afirah. Begitu lega perasaan Afirah dan ia membuka kesempatan kepada Zahid yang selama ini ia cintai untuk segera melamar dirinya. Atas izin Allah SWT juga lah mereka dipertemukan dan akhirnya terikat dalam satu janji suci yaitu pernikahan.

      Buku ini mengangkat tentang kisah Islami yg dapat dijadikan cermin & motivasi. Dalam bentuk bahasanya komunikatif & pemaparanya mudah dipahami. Namun sangat disayangkan karena disisi lain dari segi penulisannya masih terdapat kata-kata atau huruf yg salah ketik, sehingga membuat pembaca menjadi kurang mengerti akan arti kalimat tersebut.