Rabu, 13 April 2016

Ringkasan Novel

Ringkasan Novel Surat Kecil Untuk Tuhan (Bab 10 - 12)



   1.         Identitas Buku
Judul Buku /Novel         : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penterjemah                   :       –
Penerbit                          : Inandra Published
Tahun Terbit                   : 2008
Cetakan                          : Jakarta, September 2011
Edisi                               : Ke – 8
Tebal Buku                     : vii+232
Harga Buku                    : Rp.38.800,-
Pengarang                      : Agnes Davonar

   2.         Kepengarangan
Agnes Davonar adalah sebuah fenomenal di dunia sastra Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penulis amatir di sebuah blog. Kemudian dengan cepat berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga melahirkan lima  novel online dan 42 cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya.  Tak heran bila sebuah kutipan dari sebuah portal informasi detik.com mengatakan “Bahwa tidak sulit untuk mencari karya dari seorang Agnes Davonar ”. Keunikan sendiri terdapat dalam nama Agnes Davonar. Agnes berasal dari namanya sedangkan Davonar diambil nama dari adiknya. Jadi mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.

Agnes lahir di Jakarta 8 Oktober, sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Mereka adalah dua saudara yang besar dalama lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang penulis kaligrafi Cina sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Mereka berdua membentuk sebuah blog dengan situs untuk menyalurkan tulisan mereka.

Agnes berkerja sebagai karyawan swasta dan Davonar berkuliah di Universitas sastra Jepang Bina Nusantara. Keduanya memiliki hobby yang sama yakni menyukai olahraga. Tapi kelihaian menulis telah mengantarkan keduanya sebagai penulis muda berbakat dalam jajaran sastra Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai novelis dan cerpenis online. Karena ketulusan dan kedisplinan dalam berkarya sebuah situs peringkat Blog Topseratus.com.

   3.         Sudut Pandang : Orang pertama

   4.         Ringkasan Bab 10 : Tuhan Adakah Pilihan Lain Dalam Hidupku?
Setelah sarapan pagi aku menanyakan pada Ayah apa keputusan dari Prof. Peng. Ayah menjelaskan semuanya dan meminta untuk kita kembali lagi ke Jakarta. Karena Ayah berpikir akan sia – sia keberadaan kita disini jika keputusan dari pihak medis sama saja seperti di Jakarta yaitu operasi. Meskipun aku merelakan aku dioperasi tapi Ayah tidak merelakanku untuk menjalani operasi itu karena akhir dari operasi itu bisa membuat wajahku jadi cacat. Setelah kami sampai di Jakarta kami disambut oleh sahabat-sahabatku dan semua keluargaku. Aku menginginkan kembali untuk sekolah karena kanker bukanlah penghambatku untuk belajar. Bulan suci Ramadhan telah tiba, dan Ayah ingin pergi ke Bandung, aku memaksa untuk ikut namun ayah tidak mengizinkanku karena dia memikirkan kondisi kesehatanku akan menurun lagi. Akhirnya pun Ayah mengizinkan aku untuk ikut ke Bandung bersama sahabat sahabatku. Sobat itu adalah pengalaman terindahku selama ini.

   5.      Ringkasan Bab 11 : Tuhan, Izinkan Tanganku Dapat Menulis Untuk Terakhir Kalinya
Kini wajahku telah membengkak kembali dan terus membesar. Sekarang kanker itu sudah menyerang ke otakku, terkadang tanganku tidak lagi menurut padaku. Ayah meminta kepada pihak sekolah untuk memberikan keringanan ujian padaku, pihak sekolah sedikit ragu akan hal ini. Ujian telah tiba, ayah melarangku untuk ikut tapi aku tetap memaksanya dan akhirnya pun ayah mengizinkan. Ketika aku akan pergi sekolah kakiku terasa mati rasa, sehingga aku merangkak untuk keluar kamar. Ujian pertama selesai, ketika aku pulang sekolah Kak Chika mengatakan kepadaku bahwa ayah dirawat karena sakit lambungnya kambuh lagi. Keesokan harinya sewaktu ujian, mimisan itu keluar lagi dan tanganku sulit digerakkan. Suatu malam, darah itu terus keluar dan tubuhku juga menggigil dan merontak-rontak kesakitan. Aku mulai panik aku memanggil ayah tapi suaraku terlalu kecil sehingga ayah tidak dengar dan  malam itu juga ayah membawaku ke RS Ciptomangunkusumo, ketika sudah sampai aku disuruh untuk dirawat inap sehingga ayah menerima keputusan rumah sakit. Keesokan harinya adalah pembagian hasil ujian, ternyata hasil ujianku bagus dan mendapat peringkat 3. Setelah sampai rumah ayah menceritakan itu semua ke aku. Semua orang bilang selamat padaku dan salah satu orang yang mengucapkannya adalah Ibu yang datang menjengukku.

   6.         Ringkasan Bab 12 : Tuhan, Bolehkah Aku Kembali Walau Untuk Sesaat?
Sampai sekarang keadaanku menjadi lebih buruk dan tidak seperti biasanya. Kanker itu sudah menyebar ke seluruh tubuhku, bahkan membuat tubuhku telah lumpuh sebagian. Saat operasi kemarin, dokter menyuntikkan obat-obat keras yang membuat tubuhku meronta-ronta kesakitan. Dokter mengatakan pada ayah bahwa waktuku sudah tidak lama lagi. Usaha terakhir ayah sudah sia-sia, kanker itu terus menyebar ke seluruh tubuhku. Ayah hanya menangis dan frutasi dan mengabulkan semua permintaanku. Saat aku koma, aku bermimpi merasa bahagia sedang berjalan di Korea. Ketika aku sedang berjalan-jalan semua orang tersenyum padaku. Aku melihat rumah yang dihiasi bunga melati, ingin rasanya aku masuk kesana, tapi pintu pagar itu sangat tinggi sekali. Setelah beberapa saat, seorang wanita keluar dengan pakaian serba puti. Wanita itu cantik sekali dan membawa bunga melati di keranjang, dan menyerahkannya padaku. Aku memberikan sebuah surat pada wanita itu, dan wanita itu boleh baca kalau aku sudah tidak kembali lagi. Ketika aku pergi, ia tampak membaca suratku, aku pun berlari menuju jalan yan tak asing dan terus berlari hingga melati yang kupegang terjatuh satu persatu. Aku meminta maaf pada semua orang disekitarku.

Tepat tanggal 25 Desember 2006, keke menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 11 malam.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar