Ringkasan
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan (Bab 10 - 12)
1.
Identitas Buku
Judul
Buku /Novel : Surat Kecil Untuk
Tuhan
Penterjemah : –
Penerbit :
Inandra Published
Tahun
Terbit : 2008
Cetakan :
Jakarta, September 2011
Edisi : Ke – 8
Tebal
Buku : vii+232
Harga
Buku : Rp.38.800,-
Pengarang : Agnes Davonar
2.
Kepengarangan
Agnes Davonar adalah sebuah fenomenal di
dunia sastra Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penulis amatir di sebuah
blog. Kemudian dengan cepat berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga
melahirkan lima novel online dan 42
cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya. Tak heran bila sebuah kutipan dari sebuah
portal informasi detik.com mengatakan “Bahwa tidak sulit untuk mencari karya
dari seorang Agnes Davonar ”. Keunikan sendiri terdapat dalam nama Agnes Davonar.
Agnes berasal dari namanya sedangkan Davonar diambil nama dari adiknya. Jadi
mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.
Agnes lahir di Jakarta 8 Oktober,
sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Mereka adalah dua saudara yang
besar dalama lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang penulis kaligrafi Cina
sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Mereka berdua
membentuk sebuah blog dengan situs untuk menyalurkan tulisan mereka.
Agnes berkerja sebagai karyawan swasta
dan Davonar berkuliah di Universitas sastra Jepang Bina Nusantara. Keduanya
memiliki hobby yang sama yakni menyukai olahraga. Tapi kelihaian menulis telah
mengantarkan keduanya sebagai penulis muda berbakat dalam jajaran sastra
Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai novelis dan cerpenis online.
Karena ketulusan dan kedisplinan dalam berkarya sebuah situs peringkat Blog
Topseratus.com.
3.
Sudut Pandang : Orang pertama
4.
Ringkasan Bab 10 : Tuhan Adakah Pilihan
Lain Dalam Hidupku?
Setelah
sarapan pagi aku menanyakan pada Ayah apa keputusan dari Prof. Peng. Ayah
menjelaskan semuanya dan meminta untuk kita kembali lagi ke Jakarta. Karena Ayah
berpikir akan sia – sia keberadaan kita disini jika keputusan dari pihak medis
sama saja seperti di Jakarta yaitu operasi. Meskipun aku merelakan aku
dioperasi tapi Ayah tidak merelakanku untuk menjalani operasi itu karena akhir
dari operasi itu bisa membuat wajahku jadi cacat. Setelah kami sampai di
Jakarta kami disambut oleh sahabat-sahabatku dan semua keluargaku. Aku
menginginkan kembali untuk sekolah karena kanker bukanlah penghambatku untuk
belajar. Bulan suci Ramadhan telah tiba, dan Ayah ingin pergi ke Bandung, aku memaksa
untuk ikut namun ayah tidak mengizinkanku karena dia memikirkan kondisi
kesehatanku akan menurun lagi. Akhirnya pun Ayah mengizinkan aku untuk ikut ke Bandung
bersama sahabat sahabatku. Sobat itu adalah pengalaman terindahku selama ini.
5. Ringkasan Bab 11 : Tuhan, Izinkan Tanganku Dapat
Menulis Untuk Terakhir Kalinya
Kini
wajahku telah membengkak kembali dan terus membesar. Sekarang kanker itu sudah
menyerang ke otakku, terkadang tanganku tidak lagi menurut padaku. Ayah meminta
kepada pihak sekolah untuk memberikan keringanan ujian padaku, pihak sekolah
sedikit ragu akan hal ini. Ujian telah tiba, ayah melarangku untuk ikut tapi
aku tetap memaksanya dan akhirnya pun ayah mengizinkan. Ketika aku akan pergi
sekolah kakiku terasa mati rasa, sehingga aku merangkak untuk keluar kamar.
Ujian pertama selesai, ketika aku pulang sekolah Kak Chika mengatakan kepadaku
bahwa ayah dirawat karena sakit lambungnya kambuh lagi. Keesokan harinya
sewaktu ujian, mimisan itu keluar lagi dan tanganku sulit digerakkan. Suatu
malam, darah itu terus keluar dan tubuhku juga menggigil dan merontak-rontak
kesakitan. Aku mulai panik aku memanggil ayah tapi suaraku terlalu kecil
sehingga ayah tidak dengar dan malam itu
juga ayah membawaku ke RS Ciptomangunkusumo, ketika sudah sampai aku disuruh untuk
dirawat inap sehingga ayah menerima keputusan rumah sakit. Keesokan harinya
adalah pembagian hasil ujian, ternyata hasil ujianku bagus dan mendapat
peringkat 3. Setelah sampai rumah ayah menceritakan itu semua ke aku. Semua
orang bilang selamat padaku dan salah satu orang yang mengucapkannya adalah Ibu
yang datang menjengukku.
6.
Ringkasan Bab 12 : Tuhan, Bolehkah Aku
Kembali Walau Untuk Sesaat?
Sampai
sekarang keadaanku menjadi lebih buruk dan tidak seperti biasanya. Kanker itu
sudah menyebar ke seluruh tubuhku, bahkan membuat tubuhku telah lumpuh
sebagian. Saat operasi kemarin, dokter menyuntikkan obat-obat keras yang
membuat tubuhku meronta-ronta kesakitan. Dokter mengatakan pada ayah bahwa
waktuku sudah tidak lama lagi. Usaha terakhir ayah sudah sia-sia, kanker itu terus
menyebar ke seluruh tubuhku. Ayah hanya menangis dan frutasi dan mengabulkan
semua permintaanku. Saat aku koma, aku bermimpi merasa bahagia sedang berjalan
di Korea. Ketika aku sedang berjalan-jalan semua orang tersenyum padaku. Aku
melihat rumah yang dihiasi bunga melati, ingin rasanya aku masuk kesana, tapi pintu
pagar itu sangat tinggi sekali. Setelah beberapa saat, seorang wanita keluar
dengan pakaian serba puti. Wanita itu cantik sekali dan membawa bunga melati di
keranjang, dan menyerahkannya padaku. Aku memberikan sebuah surat pada wanita
itu, dan wanita itu boleh baca kalau aku sudah tidak kembali lagi. Ketika aku
pergi, ia tampak membaca suratku, aku pun berlari menuju jalan yan tak asing
dan terus berlari hingga melati yang kupegang terjatuh satu persatu. Aku
meminta maaf pada semua orang disekitarku.
Tepat
tanggal 25 Desember 2006, keke menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 11
malam.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar