Minggu, 03 April 2016

Ringkasan Novel

Ringkasan Novel Surat Kecil Untuk Tuhan (Bab 7 - 9)



   1.         Identitas Buku
Judul Buku /Novel         : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penterjemah                   :       –
Penerbit                          : Inandra Published
Tahun Terbit                   : 2008
Cetakan                          : Jakarta, September 2011
Edisi                               : Ke – 8
Tebal Buku                     : vii+232
Harga Buku                    : Rp.38.800,-
Pengarang                      : Agnes Davonar

   2.         Kepengarangan
Agnes Davonar adalah sebuah fenomenal di dunia sastra Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penulis amatir di sebuah blog. Kemudian dengan cepat berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga melahirkan lima  novel online dan 42 cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya.  Tak heran bila sebuah kutipan dari sebuah portal informasi detik.com mengatakan “Bahwa tidak sulit untuk mencari karya dari seorang Agnes Davonar ”. Keunikan sendiri terdapat dalam nama Agnes Davonar. Agnes berasal dari namanya sedangkan Davonar diambil nama dari adiknya. Jadi mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.

Agnes lahir di Jakarta 8 Oktober, sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Mereka adalah dua saudara yang besar dalama lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang penulis kaligrafi Cina sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Mereka berdua membentuk sebuah blog dengan situs untuk menyalurkan tulisan mereka.

Agnes berkerja sebagai karyawan swasta dan Davonar berkuliah di Universitas sastra Jepang Bina Nusantara. Keduanya memiliki hobby yang sama yakni menyukai olahraga. Tapi kelihaian menulis telah mengantarkan keduanya sebagai penulis muda berbakat dalam jajaran sastra Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai novelis dan cerpenis online. Karena ketulusan dan kedisplinan dalam berkarya sebuah situs peringkat Blog Topseratus.com.

   3.         Sudut Pandang : Orang pertama

   4.         Ringkasan Bab 7 : Tuhan, Bolehkan Rambutku Tetap Ada?
Ketika di sekolah mimisan itu terjadi lagi dan ketika aku di UKS, ayah menghampiriku dan langsung membawaku pulang ke rumah. Keesokan harinya ketika ayah meminta proses Radioterapi pihak rumah sakit menolak kami mentah-mentah, akan tetapi Ayah terus melakukan beberapa hal untuk bisa menjalankan proses Radioterapi dan Kemoterapi. Akhirnya pihak rumah sakit mengizinkan aku untuk menjalankan Radioterapi dan Kemoterapi di rumah sakit tersebut pada esok hari. Tibalah saatnya aku menjalani Kemoterapi pertamaku yang dilakukan dan malam hari, Andi memang datang tetapi aku tidak membukakan pintu kamarku untuk Andi karena takut ia tidak sanggup melihatku yang seperti dulu lagi. Akhirnya aku benar – benar menjalani Kemoterapi dan proses tersbut dilakukan selama dua jam. Ketika ku bangun mulutku kaku, tanganku sulit digerakkan, dan tubuhku pun menggigil. Setelah sepuluh hari di rumah sakit aku pulang ke rumah tetapi Ayah kecewa karena hasilnya tidak memuaskan. Akhirnya kemoterapi itu diberhentikan karena aku koma selama tiga hari. Setelah aku bangun Kemoterapi itu dilanjutkan lagi dan dengan akhirnya Prof. Mukhlis menyerah karena tidak bisa melenyapkan kanker itu lagi.

   5.         Ringkasan Bab 8 : Tuhan Biarkan Cinta Itu Terpendam Dalam Hatiku…
Meskipun Prof. Mukhlis sudak menyerah dengan kanker yang aku derita, tetapi ayah masih terus mencari pengobatan terbaik untukku. Akhirnya kami memutuskan untuk menjalankan pengobatan di Singapura. Sebelum pergi ke Singapura, aku mengatakan sesuatu ke Andi bahwa aku ingin sekarang berteman saja. Sahabat-sahabatku memberikan aku beberapa kenangan untukku selama di Singapura. Setiba di Singapura kami langsung menuju Rumah Sakit Elisabeth  dan disana kami bertemu dengan Prof. Peng yang akan mencoba mengobati penyakitku ini. Tapi ternyata Prof. Peng hanya bisa mengobatinya dengan cara operasi kecil seperti di Jakarta.

   6.         Ringkasan Bab 9 : Tuhan Adakah Pilihan Lain Dalam Hidupku?
Setelah sarapan pagi aku menanyakan pada Ayah apa keputusan dari Prof. Peng. Ayah menjelaskan semuanya dan meminta untuk kita kembali lagi ke Jakarta. Karena Ayah berpikir akan sia – sia keberadaan kita disini jika keputusan dari pihak medis sama saja seperti di Jakarta yaitu operasi. Meskipun aku merelakan aku dioperasi tapi Ayah tidak merelakanku untuk menjalani operasi itu karena akhir dari operasi itu bisa membuat wajahku jadi cacat. Setelah kami sampai di Jakarta kami disambut oleh sahabat-sahabatku dan semua keluargaku. Aku menginginkan kembali untuk sekolah karena kanker bukanlah penghambatku untuk belajar. Bulan suci Ramadhan telah tiba, dan Ayah ingin pergi ke Bandung, aku memaksa untuk ikut namun ayah tidak mengizinkanku karena dia memikirkan kondisi kesehatanku akan menurun lagi. Akhirnya pun Ayah mengizinkan aku untuk ikut ke Bandung bersama sahabat sahabatku. Sobat itu adalah pengalaman terindahku selama ini.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar