Ringkasan
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan (Bab 7 - 9)
1.
Identitas Buku
Judul
Buku /Novel : Surat Kecil Untuk
Tuhan
Penterjemah : –
Penerbit :
Inandra Published
Tahun
Terbit : 2008
Cetakan :
Jakarta, September 2011
Edisi : Ke – 8
Tebal
Buku : vii+232
Harga
Buku : Rp.38.800,-
Pengarang : Agnes Davonar
2.
Kepengarangan
Agnes Davonar adalah sebuah fenomenal di
dunia sastra Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penulis amatir di sebuah
blog. Kemudian dengan cepat berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga
melahirkan lima novel online dan 42
cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya. Tak heran bila sebuah kutipan dari sebuah
portal informasi detik.com mengatakan “Bahwa tidak sulit untuk mencari karya
dari seorang Agnes Davonar ”. Keunikan sendiri terdapat dalam nama Agnes Davonar.
Agnes berasal dari namanya sedangkan Davonar diambil nama dari adiknya. Jadi
mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.
Agnes lahir di Jakarta 8 Oktober,
sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Mereka adalah dua saudara yang
besar dalama lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang penulis kaligrafi Cina
sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Mereka berdua
membentuk sebuah blog dengan situs untuk menyalurkan tulisan mereka.
Agnes berkerja sebagai karyawan swasta
dan Davonar berkuliah di Universitas sastra Jepang Bina Nusantara. Keduanya
memiliki hobby yang sama yakni menyukai olahraga. Tapi kelihaian menulis telah
mengantarkan keduanya sebagai penulis muda berbakat dalam jajaran sastra
Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai novelis dan cerpenis online.
Karena ketulusan dan kedisplinan dalam berkarya sebuah situs peringkat Blog
Topseratus.com.
3.
Sudut Pandang : Orang pertama
4.
Ringkasan Bab 7 : Tuhan, Bolehkan
Rambutku Tetap Ada?
Ketika
di sekolah mimisan itu terjadi lagi dan ketika aku di UKS, ayah menghampiriku
dan langsung membawaku pulang ke rumah. Keesokan harinya ketika ayah meminta
proses Radioterapi pihak rumah sakit menolak kami mentah-mentah, akan tetapi Ayah
terus melakukan beberapa hal untuk bisa menjalankan proses Radioterapi dan
Kemoterapi. Akhirnya pihak rumah sakit mengizinkan aku untuk menjalankan
Radioterapi dan Kemoterapi di rumah sakit tersebut pada esok hari. Tibalah
saatnya aku menjalani Kemoterapi pertamaku yang dilakukan dan malam hari, Andi memang
datang tetapi aku tidak membukakan pintu kamarku untuk Andi karena takut ia
tidak sanggup melihatku yang seperti dulu lagi. Akhirnya aku benar – benar menjalani
Kemoterapi dan proses tersbut dilakukan selama dua jam. Ketika ku bangun
mulutku kaku, tanganku sulit digerakkan, dan tubuhku pun menggigil. Setelah
sepuluh hari di rumah sakit aku pulang ke rumah tetapi Ayah kecewa karena
hasilnya tidak memuaskan. Akhirnya kemoterapi itu diberhentikan karena aku koma
selama tiga hari. Setelah aku bangun Kemoterapi itu dilanjutkan lagi dan dengan
akhirnya Prof. Mukhlis menyerah karena tidak bisa melenyapkan kanker itu lagi.
5.
Ringkasan Bab 8 : Tuhan Biarkan Cinta
Itu Terpendam Dalam Hatiku…
Meskipun
Prof. Mukhlis sudak menyerah dengan kanker yang aku derita, tetapi ayah masih
terus mencari pengobatan terbaik untukku. Akhirnya kami memutuskan untuk
menjalankan pengobatan di Singapura. Sebelum pergi ke Singapura, aku mengatakan
sesuatu ke Andi bahwa aku ingin sekarang berteman saja. Sahabat-sahabatku
memberikan aku beberapa kenangan untukku selama di Singapura. Setiba di Singapura kami langsung menuju Rumah
Sakit Elisabeth dan disana kami bertemu
dengan Prof. Peng yang akan mencoba mengobati penyakitku ini. Tapi ternyata
Prof. Peng hanya bisa mengobatinya dengan cara operasi kecil seperti di
Jakarta.
6.
Ringkasan Bab 9 : Tuhan Adakah Pilihan
Lain Dalam Hidupku?
Setelah
sarapan pagi aku menanyakan pada Ayah apa keputusan dari Prof. Peng. Ayah
menjelaskan semuanya dan meminta untuk kita kembali lagi ke Jakarta. Karena Ayah
berpikir akan sia – sia keberadaan kita disini jika keputusan dari pihak medis
sama saja seperti di Jakarta yaitu operasi. Meskipun aku merelakan aku
dioperasi tapi Ayah tidak merelakanku untuk menjalani operasi itu karena akhir
dari operasi itu bisa membuat wajahku jadi cacat. Setelah kami sampai di
Jakarta kami disambut oleh sahabat-sahabatku dan semua keluargaku. Aku
menginginkan kembali untuk sekolah karena kanker bukanlah penghambatku untuk
belajar. Bulan suci Ramadhan telah tiba, dan Ayah ingin pergi ke Bandung, aku memaksa
untuk ikut namun ayah tidak mengizinkanku karena dia memikirkan kondisi
kesehatanku akan menurun lagi. Akhirnya pun Ayah mengizinkan aku untuk ikut ke Bandung
bersama sahabat sahabatku. Sobat itu adalah pengalaman terindahku selama ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar