DIKSI dan KALIMAT EFEKTIF
Dalam kehidupan sehari-hari kita di tuntut untuk
berbicara menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Di dalam Bahasa
Indonesia kita sering mendengar istilah “Diksi” atau pilihan kata.
Pada Postingan kali ini saya akan mencoba membahas mengenai pengertian diksi,
ciri-ciri diksi dan akan di bahas juga mengenai apa itu kalimat efektif.
1.
Pengertian Diksi
Ada
berbagai pengertian mengenai diksi, dari Wikipedia dijelaskan Diksi,
dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi
oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum
digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata
dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata
dan gaya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2002 : 264) diksi
diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi
kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan
dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang
sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa
saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat
yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar
sesuai.
Hal yang utama mengenai diksi menurut Gorys Keraf adalah :
· Pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu
gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi.
·
Pilihan kata atau diksi
adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
(cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat
pendengar.
· Pilihan kata yang tepat
dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata
atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah
bahasa.
2.
Ciri - Ciri Diksi
Ciri-ciri diksi yaitu
menggunakan lafal, tekanan, intonasi yang sesuai menentukan pilihan kata
(diksi), bentuk kata dan ungkapan yang tepat dalam kalimat.
Jenis-Jenis Diksi
A.
Berdasarkan makna
·
Makna Denotatif
Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata.
Makna denotasi berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan
atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang
individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri
atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Contoh: Bunga mawar
·
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya
dari sebuah kata.
Contoh: Bunga Bank
B.
Berdasarkan leksikal
·
Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.
Contoh:
Sayang bersinonim kasih
·
Antonim
Antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.
Contoh:
Bagus berantonim dengan jelek.
· Homonim adalah dua buah
kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.
Contoh: :
Ibu mengukur kelapa terlebih dahulu sebelum mengupas pisang itu.
3.
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan
informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu :
a) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Contoh:
·
Bagi semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
·
Semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b)
Keparalelan
Keparalelan adalah
kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk
pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verbal.
Contoh:
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara
luwes.
b.
Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasangpenerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut :
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan,pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
a)
b)
c)
Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
pada ide pokok kalimat.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
a)
b)
c)
d)
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Perhatikan contoh:
1.
Karena ia tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2.
Hadirin serentak berdiri
setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu
adalah sebagai berikut.
1.
Karena tidak diundang,
dia tidak datang ke tempat itu.
2.
Hadirin serentak berdiri
setelah mengetahui bahwa presiden datang.
a)
b)
c)
d)
e)
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda. Dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh :
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,
seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
f)
Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Perhatikan kalimat ini
1.
Mereka membicarakan
daripada kehendak rakyat.
2.
Makalah ini akan
membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
1.
Mereka membicarakan
kehendak rakyat.
2.
Makalah ini akan
membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
g)
Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh :
1.
Waktu dan tempat kami
persilakan.
2.
Untuk mempersingkat
waktu, kami teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih
juara pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto
menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5.
Mayat wanita yang
ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1.
Bapak Menteri kami
persilakan.
2.
Untuk menghemat waktu,
kami teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih
gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menjadi
juara pertama Cina Terbuka.
5.
Sebelum meninggal,
wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
4.
Sumber